Tuesday, March 11, 2008

SWASEMBADA KEDELAI: ULASAN RINGKAS

  • Belakangan ini harga kedelai melambung dari Rp. 3.500 per kg menjadi Rp. 7.500 per kg pada tingkat eceran.
  • Indonesia saat ini mengimpor kedelai dengan jumlah ± 1 juta ton. Produksi kedelai Indonesia untuk tahun 2007 berdasarkan ARM III adalah 598.029 ton sementara kebutuhan sekitar 1,6 juta ton (Departemen Pertanian, 2007).
  • Naiknya harga kedelai disebabkan harga kedelai dunia saat ini mencapai 539,68 yen per kg atau sekitar Rp. 5.400 per kg. Jika ditambah bea masuk 10% dan transport ke Indonesia, harga pokok penjualan kedelai impor sekitar Rp. 6.500 per kg. Jika marjin pedagang dihitung 10%, maka tidak heran jika harga eceran mencapai Rp. 7.500 per kg.
  • Kebijakan pemerintah menghapuskan bea masuk kedelai tidak akan berpengaruh banyak selama harga dunia tetap tinggi.
  • Mengapa produksi kedelai Indonesia rendah ? Jawabnya antara lain :
    1. Kedelai adalah tanaman C3 yang kesesuaian daerahnya adalah daerag sub tropis. Di daerah tropis kedelai akan mengalami fotorespirasi (respirasi akibat tingginya tingkat radiasi) sehingga penumpukan biomassa akan berkurang. Hal ini yang menyebabkan produktivitas kedelai di Indonesia tidak akan mampu menyamai produktivitas di sub tropis.
    2. Kelangkaan benih (baca : bukan kelangkaan varietas). Benih kedelai memiliki endosperm yang kandungan proteinnya tinggi (± 36%) sehingga mudah rusak jika disimpan pada suhu ruang biasa. Benih kedelai berbeda dengan benih padi dan jagung yang endospermnya dominan karbohidrat sehingga tahan disimpan lama.
    3. Harga yang kurang menarik. Di waktu lalu harga kedelai di tingkat petani hanya sekitar Rp. 3.000 per kg. Coba bandingkan dengan jagung, jika hasil kedelai per ha 1,3 ton maka hasil kotor hanya 3,9 juta. Hasil ini tidak akan mampu menutup biaya produksi. Sementara jagung dengan hasil 4 ton dengan harga Rp. 1.500 akan menghasilkan 6 juta per ha. Perlu diketahui biaya produksi jagung per ha sekitar 3,5 juta rupiah sedangkan kedelai mencapai 4,5 juta rupiah. Harga jagung saat ini mencapai Rp. 2.000 per kg sehingga hasil jagung akan semakin besar, yaitu sekitar Rp. 8 juta per ha.
    4. Resiko kegagalan kedelai lebih besar dibandingkan tanaman pangan lainnya, sehingga orang enggan menanam kedelai sebab sering mengalami kegagalan.
  • Target Pemerintah akan swasembada kedelai di tahun 2015 artinya dalam waktu 7 tahun dari sekarang (2008).
    1. Kekurangan 1 juta ton dengan produktivitas 1,3 ton akan setara dengan 750.000 hektar atau dengan produktivitas 1,5 ton akan setara dengan 650.000 ha luas panen. Jika angka ini ditargetkan selama 7 tahun berarti per tahun harus ada penambahan areal seluas 100.000 ha. Pada saatnya luas total akan mencapai 1,25 juta ha. Sebagai catatan, areal kedelai yang pernah dicapai sejak tahun 2000 sampai sekarang adalah 825.000 ha.
    2. Perluasan areal akan sangat sulit dilakukan sebab kedelai memerlukan persyaratan areal yang lebih sulit daripada jagung (baik dari segi tanah maupun iklim). Ingat : kedelai adalah tanaman golongan C3 !
    3. Untuk keperluan perluasan areal tanam berarti dibutuhkan benih tambahan per tahun sekitar 3.000 ton (100.000 ha x 30 kg). Masalah benih harus menjadi fokus yang penting jika ingin menambah areal kedelai.
  • Apakah petani akan tertarik menanam kedelai jika harganya diinginkan rendah ?
    1. Kita asumsikan satu areal terjadi pesaingan antara jagung dan kedelai.
    2. Total biaya produksi kedelai per ha adalah Rp. 4.282.500. Jika hasil yang didapatkan sebesar 1,3 ton, maka biaya produksi per kg adalah Rp. 3.300 per kg.
    3. Jika keuntungan petani dihitung dengan B/C 1,5 berarti hasil penjualan harus mencapai Rp. 6.423.750 yang berarti keuntungan petani sekitar Rp. 2.000.000 per ha permusim (3 bulan). Dengan nilai ini berarti petani baru menerima penghasilan sebesar UMR.
    4. Dengan nilai tersebut maka harga di tingkat petani sekitar Rp. 4.950 per kg. Dengan marjin penjualan sebesar 25% berarti eceran kedelai adalah Rp. 6.200 per kg. Jadi tidak dapat diharapkan lagi harga eceran kedelai sebesar Rp. 3.500 per kg jika diharapkan petani menanam kedelai.
    5. Berikut adalah rincian biaya produksi kedelai di luar sewa lahan


Apakah kedelai mampu bersaing dengan jagung ? Kita asumsikan hasil jagung adalah 4 ton pipilan kering. Dengan harga saat ini Rp. 2.000 per kg berarti petani mendapatkan hasil penjualan 8 juta rupiah. Dengan modal 3,5 juta rupiah berarti petani memperoleh keuntungan 4,5 juta rupiah per ha per satuan waktu yang sama dengan kedelai.
  • Lalu apakah yang harus dilakukan oleh Pemerintah agar petani kedelai mau menanam kedelai ?
    1. Menaikkan harga kedelai agar keuntungan bersaing dengan jagung ? Sangat sulit diterima konsumen !
    2. Menekan biaya produksi ? Mungkin dapat dilakukan dengan memberi subsidi beberapa komponen input (benih, pupuk dan pestisida)
    3. Meningkatkan produktivitas ? Harus dilakukan namun perlu banyak tahapan yang harus ditempuh ! Salah satunya untuk sementara harus diberikan pinjaman dengan bunga lunak dan subsidi yang nyata.

Tulisan ini mudah-mudahan menjadi bahan renungan kita bersama agar tidak terlalu menganggap mudah membuat suatu rencana. Ingat bahwa sistem produksi tanaman bukan hanya berbicara teknologi dan sumberdaya alam tetapi juga berbicara tentang petani. Sekali lagi petani !!!!

No comments: