Tuesday, November 23, 2010

Harga Gula Naik, Spekulasi Atau Memang Stok Tipis?

Beberapa hari ini harga gula terus naik. Lelang gula terus naik. Hasil lelang gula milik petani mencapai Rp. 9100 per kg. Jika kita gunakan teori ekonomi yang sederhana, maka jika demand tetap dan harga naik artinya suplai turun.

Sesuatu yang logis jika suplai turun sebab kondisi tebu tahun 2010 tidak lebih baik dari tahun sebelumnya. Jika produksi gula kristal putih tahun 2009 hanya 2,3 juta ton maka tahun ini mungkin hanya sekitar 2,1 juta ton. Tebu saat ini sebagian adalah keprasan tahun lalu tanpa ada aplikasi teknologi on farm yang berarti. Sementara itu kondisi iklim tahun ini kurang kondusif bagi terbentuknya rendemen yang tinggi. Pertanyaan kita bagaimana target swasembada tahun 2014?

Bahan Kuliah: Bioteknologi dan Hidroponik


Bahan kuliah selengkapnya bisa didownload di sini

Bahan Kuliah: Agribisnis dan Agroindustri



Bahan kuliah selengkapnya bisa didownload di sini

Sunday, March 14, 2010

Harga Gula Mahal?

Sidang pleno Dewan Gula Indonesia yang dipimpin oleh Ketuanya telah memutuskan bahwa Biaya Pokok Produksi (BPP) gula petani sebesar Rp 6.250 per kg. Jika dibandingkan BPP riil gula petani tahun 2009, berarti naik sekitar Rp 1.250 per kg. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh kenaikan yang cukup besar pada harga sewa lahan. Tampaknya persaingan penggunaan lahan, terutama di Jawa semakin besar dan tidak dapat dihindarkan.

Dari BPP ini Pemerintah akan segera mengeluarkan keputusan besarnya Harga Pokok Produksi (HPP) yang mungkin akan berkisar Rp 6.800 per kg. Jika biaya tataniaga dihitung sebesar 20% dari HPP gula petani, maka harga eceran pasti masih bekisar pada angka Rp 8.160. Harga ini dapat lebih jika biaya transportasi bertambah. Oleh sebab itu sangat mustahil jika diinginkan harga gula eceran lebih rendah dari Rp 8.000 per kg. Jika harga ini dianggap mahal, dapat dibandingkan dengan harga gula dunia yang saat ini juga mahal.

Jika Pemerintah tetap ingin menekan harga gula, sebaiknya komponen yang dikurangi adalah marjin tataniaga. Mungkin bagi pedagang besar marginnya dikurangi dari yang sekarang mereka nikmati. Untuk kebijakan ini Thailand dapat dijadikan contoh pengaturan harga dalam negeri.

Saturday, February 27, 2010

Pembangunan Pabrik Gula Baru

Kebutuhan gula dalam negeri Indonesia terus meningkat sejalan peningkatan penduduk dan industri berbasis gula. Tahun 2014 diperkirakan total kebutuhan gula nasional tidak kurang dari 5,3 juta ton. Angka ini diperoleh dengan menghitung peningkatan konsumsi langsung 1,83% per tahun dan untuk industri makanan minuman meningkat 5% per tahun. Sementara itu kemampuan produksi gula dari pabrik gula kristal putih yang ada hanya sekitar 3,5 juta ton jika tanpa penambahan pabrik gula baru.

Untuk mencapai swasembada gula secara total paling tidak harus dibangun perkebunan tebu dan pabrik gula baru sebanyak 15 buah dengan kapasitas 8.000-10.000 ton tebu per hari. Luas areal yang dibutuhkan tidak kurang dari 400 ribu ha. Sampai dengan tahun 2014 Pemerintah merencanakan merealisasikan pembangunan 5 pabrik gula baru.

Pembangunan pabrik gula baru harus didahului dengan pembangunan tanaman minimum dua tahun sebelum giling, sehingga jika tahun 2010 dilakukan persiapan dan tahun 2011 mulai menanam tebu untuk digiling, maka paling cepat tahun 2014 dapat dilakukan giling perdana. Kendala paling utama dalam merealisasikan pembangunan pabrik gula baru adalah ketersediaan lahan terutama dari status legal lahan. Pemerintah harus serius dan bekerja keras jika ingin pada tahun 2014 ada lima pabrik gula baru. Swasembada gula bukan pekerjaan ringan meskipun juga bukan sesuatu yang mustahil dicapai. Semoga !!!

Swasembada Kedelai

Impor kedelai Indonesia tahun ini tidak kurang dari 1,2 juta ton. Jika ingin swasembada berarti dibutuhkan areal seluas tidak kurang 1 juta ha dan benih tidak kurang dari 30.000 ton. Jika swasembada diinginkan tercapai tahun 2014 berarti tiap tahun harus ada peningkatan areal seluas minimum 300 ribu ha dan pasokan benih minimum 10.000 ton.

Pengadaan benih ini bukan pekerjaan mudah sebab benih kedelai memiliki daya simpan yang rendah. Penanganan benih kedelai jauh lebih sulit daripada benih padi. Jika pengadaan benih padi saja mengalami kesulitan, maka benih kedelai akan lebih sulit.

Faktor lain yang memerlukan perhatian dalam budidaya kedelai adalah. Persyaratan lahan yang lebih berat daripada jagung (pH = 5,5, curah hujan sedang, 100 – 200 mm/bulan selama 3 bulan berturut-turut).

Jika tidak serius menangani kedelai, maka tempe dan tahu yang kita makan akan selalu berbau dolar.