No
|
Lokasi dan kondisi sampai saat ini
|
Kendala
|
1
|
Konawe Selatan (Sultra). Terdapat
2 calon pabrik di lokasi ini, yaitu di Lamboya dan Tinanggea. Lamboya investornya swasta, sedangkan
Tinanggea PTPN XIV
|
1.
Status
lahan sebagian masih masuk kawasan hutan
2.
Kondisi
sosial masyarakat
3.
Masalah
keuangan (untuk Tinanggea)
4.
Kebijakan
Pemkab
|
2
|
Merauke (Papua). Banyak
investor yang sudah mencoba masuk, sebutlah antara lain Medco, Rajawali
Group, Sampurna, Bakrie, Wilmar, Mayora, dsb.
|
1.
Status
lahan masih status hutan
2.
Sosial
budaya masyarakat
3.
Infrastruktur
minim
4.
Varietas
5.
Serangan
penyakit
|
3
|
Lampung. Investor swasta Sunga Budhi Group. Pembangunan dimulai dengan unit
rafinasi. Memiliki HGU eks kelapa
sawit dan nanas
|
1.
Belum
memulai membangun unit sugar mill (gilingan)
2.
Unit
rafinasi terpisah dengan unit gilingan yang secara teknis dan operasional
lebih kompleks.
|
4
|
Dompu (NTB). Investor swasta yang saat ini yakin akan mulai giling akhir
tahun 2015
|
1.
Baru
memperoleh HGU sekitar 6,000 ha. Areal
lainnya masih berstatus HTI
2.
Kelas
kesesuaian lahan
3.
Ketersediaan
air untuk tanaman dan jaminan ketersediaan air untuk pabrik
4.
Potensi
konflik dengan masyarakat
|
5
|
Muna (Sulawesi Tenggara). Investor
swasta dan mulai membangun kebun benih
|
1.
Kecukupan
lahan untuk HGU
2.
Fasilitas
pelabuhan belum memadai
3.
Infrastruktur
jalan masih kurang baik
|
6
|
Sambas (Kalbar). Investor swasta.
Sudah dilakukan survai lahan
|
1.
Status
lahan
2.
Kesesuaian
lahan (sebagian gambut)
3.
Curah
hujan terlalu tinggi
|
7
|
Madura (Jawa Timur). Investor PTPN X dan ada juga Swasta
|
1.
Sosial
budaya masyarakat
2.
Penerimaan
masyarakat terhadap pembangunan pabrik gula
|
8
|
Bener Meriah (NAD)
|
1.
Tinggi
tempat tidak sesuai untuk tebu penghasil sukrosa
2.
Curah
hujan tinggi (rendemen rendah)
|
9
|
Jambi
|
1.
Tinggi
tempat tidak sesuai untuk tebu penghasil sukrosa
2.
Curah
hujan tinggi (rendemen rendah)
|
10
|
Darma Seraya (Sumbar). Investor swasta
|
1.
Luas
lahan kurang mencukupi
2.
Investor
tidak memilki dana yang cukup
|
Kolom Agronomis
Saturday, April 11, 2015
SWASEMBADA GULA NASIONAL MUNGKINKAN DAPAT DICAPAI ?
Monday, June 13, 2011
Penetapan Rendemen Tebu sebagai Titik Pangkal Kemitraan yang Adil
Kandungan gula yang kemudian diolah menjadi gula kristal atau hablur sangat ditentukan oleh pelaksanaan teknis budidaya sampai dengan tebang angkut ke pabrik gula. Selanjutnya tebu diolah di pabrik dan rendemen dihitung berdasarkan ratio antara hasil hablur dengan bobot tebu yang digiling. Hasil gula petani dipengaruhi oleh tingkat efisiensi pabrik gula. Alur dari kebun sampai hasil akhir dapat digambarkan sebagai berikut:

Perhitungan rendemen sebelum tebu masuk pabrik dapat digunakan untuk dasar bagi hasil (SBH) pada sistem yang sekarang berjalan atau sistem belu putus (SBP) tebu yang telah direkomendasikan oleh Panja Gula Komisi VI DPR – RI. Dengan cara perhitungan rendemen ini petani tidak dirugikan jika pabrik mengalami kerusakan atau kinerjanya tidak efisien.
Sunday, June 12, 2011
Tuesday, April 19, 2011
Thursday, March 31, 2011
Pembangunan Pabrik Gula Rajawali Group di Merauke
Indonesia saat ini sangat memerlukan peningkatan produksi gula untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Salah satu programnya adalah dengan membangun perkebunan tebu dan pabrik gula baru di luar Jawa. Beberapa hari ini di harian Kompas diberitakan persiapan Rajawali Group dalam mengembangkan tebu di Merauke dan direncanakan giling perdana tahun 2013 dengan produksi 160.000 ton gula. Ini berita yang menggembirakan bagi masyarakat Indonesia. Namun sebagai orang yang menekuni tebu, saya berfikir apakah rencana tersebut sudah sesuai dengan kondisi lapangan, jadwal tanam dan pembangunan pabrik ? Jika direncanakan tahun 2013 giling seluas 8.500 ha, berarti tahun 2012 dan 2011 harus ditanam areal tebu giling (KTG) seluas masing-masing 4.250 ha. Hal ini berarti sekarang harus ada kebun bibit sekunder (Kebun Bibit Datar) seluas ± 800 ha. Dari berita dinyatakan bahwa saat ini baru ditanam 40 ha yang berarti hanya akan menjadi kebun bibit seluas maksimum 300 ha. Pertanyaannya adalah (1) bagaimana mempercepat pengadaan bibit ?, (2) apakah status lahan dengan ijin penglepasan dari Menteri Kehutanan dapat diperoleh tahun 2011 ini ?, dan (3) kapan pembangunan pabrik akan dimulai ?. Pengalaman pembangunan pabrik gula milik PT PSMI di Lampung dan PT LPI di Sumatera Selatan memakan waktu sekitar 2 tahun. Apakah kondisi Merauke sama dengan Sumatera ? Saya yakin para perencana di Rajawali Group sudah menyusun rencana dengan baik sehingga yakin jadwal giling perdana dapat dicapai. Semoga …